Rabu, 11 Februari 2015

Pesan

Haru menyelimuti diriku. Saat pertama kali ku dengar kabar itu, terasa gendang telingaku pecah berkeping - keping. Di dalam kesunyian malam, aku terpaku, bahkan aku tak bisa berpikir jernih. Kupaksakan mata ini terpejam. Agar terlewat malam yang sunyi ini.
Di kegelisahan hati, aku beranjak pergi dari kamar. Membuka pintu dan keluar.
" Ah, dingin sekali pagi ini. "
Aku masuk dan pergi ke kamar mandi. Aku basuh muka seraya komat - kamit membaca doa. Aku langsungkan untuk menjalankan kewajibanku. Tak terasa sinar pun menyongsong masuk menyeruak jendela yang terbuka. Aku paksa diri untuk menata diri dengan mandi dan bersiap. Dengan bergegas aku menyalakan sepeda motor pemberian ibuku. Dengan segera aku pergi ke suatu acara tanpa persiapan yang matang.
" Aku harus sampai disana sebelum acara itu dimulai, " ucapku dalam hati.
Jam ditangan kanan, terasa begitu cepat berputar. Aku pun mempercepat laju kendaraanku agar sampai di acara itu lebih awal. Pukul 08.15, aku pun sampai disana. Untung saja acara tersebut belum dimulai. Aku pun masuk ke dalam rumah dan melihat banyak dari kerabatku yang menangis. Aaku hampiri mereka dan melihat sesosok tubuh wanita tua yang terbaring di tengah - tengah mereka. Wajahnya pucat, dibungkus oleh kain kafan dan selendang batik. Aku pun tak kuasa menahan tangisku. Tak kusangka kabar dari ayahku malam itu benar. Aku menghampiri ibuku dan memeluknya.
" Le, jangan sedih, "
aku pun masih tak bisa menerima kenyataan.
" Le, embah punya pesan buat kamu, " "Apa itu buk ? " jawabku.
" Jadilah anak yang berbakti pada orang tua. Dan ibu harap, kamu bisa ikhlaskan kepergian embah ya Le. ! "
Tak dapat diucapkan dengan kata - kata. Aku tak tau harus apa. Semoga engkau ditempatkan disisiNya, Embah. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar